ANALISIS KELAYAKAN USHATANI BAWANG MERAH DENGAN SISTEM BAGI HASIL DI KECAMATAN WERA KABUPATEN BIMA
Abstract
ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk (1) Mengetahui jenis sistem bagi hasil usahatani bawang merah yang diterapkan di Kecamatan Wera Kabupaten Bima; (2) Untuk mengetahui kelayakan usahatani bawang merah di Kecamatan Wera Kabupaten Bima; (3) Untuk mengetahui kendala usahatani bawang merah dengan sistem bagi hasil di Kecamatan Wera Kabupaten Bima. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Unita analisisnya adalah ushatani bawang merah dengan sistem bagi hasil di Desa Hidirasa dan Desa Ranggasolo Kecamatan Wera Kabupaten Bima. Penentuan jumlah sampel responden menggunakan “quota sampling” yaitu dengan menetapkan 30 orang dan penentuan jumlah sampel responden masing-masing desa menggunakan “proportional sampling” yaitu 16 sampel responden dari Desa Hidirasa dan 14 sampel responden dari Desa Ranggasolo. Pengumpulan data dilakukan dengan cara survey yaitu wawancara langsung dengan responden dengan alat bantu kuesioner. Analisis data yang digunakan adalah analisis biaya, analisis pendapatan, analisis kelayakan, dan analisis kendala. Hasil penelitian ini yaitu rata-rata biaya produksi usahatani bawang merah sebesar Rp. 20.065.885/LLG atau Rp. 87.242.979/Ha. Rata-rata produksi bawang merah yaitu 2.705 Kg/LLG atau 11.761 Kg/Ha, rata-rata harga jual Rp. 15.933 dan rata-rata pendapatan Rp. 23.033.781/LLG atau Rp. 100.146.876/Ha. Semua responden menggunakan sistem mrapat (80:20) pada usahatani bawang merahnya. Rata-rata R/C Ratio usahatani bawang merah yaitu 2,1.
Kata kunci: Bawang merah, Bagi hasil, Kelayakan.
ABSTRACT
This research aims to (1) find out the type of onion farming profit-sharing system implemented in Wera District, Bima Regency; (2) determine the feasibility of shallot farming in Wera District, Bima Regency; (3) identify the obstacles to shallot farming using a profit-sharing system in Wera District, Bima Regency. This research uses a descriptive method. The unit of analysis is shallot farming with a profit-sharing system in Hidirasa Village and Ranggasolo Village, Wera District, Bima Regency. The number of sample respondents was determined using "quota sampling," with 30 people selected, and the number of sample respondents for each village was determined using "proportional sampling," with 16 sample respondents from Hidirasa Village and 14 sample respondents from Ranggasolo Village. Data collection was carried out through a survey, involving direct interviews with respondents using a questionnaire tool. The data analysis included cost analysis, income analysis, feasibility analysis, and obstacle analysis. The results of this research show that the average production cost of shallot farming is IDR 20,065,885/LLG or Rp. 87,242,979/Ha. The average production of shallots is 2,705 Kg/LLG or 11,761 Kg/Ha, with an average selling price of IDR 15,933 and average income of Rp. 23,033,781/LLG or Rp. 100,146,876/Ha. All respondents use the mrolimo (80:20) system in their shallot farming. The average R/C Ratio for shallot farming is 2.1.
Keywords: Red Onion, Profit Sharing, Feasibility
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.