ESTIMASI PERMINTAAN AIR RUMAHTANGGA DI PULAU LOMBOK: PENDEKATAN KONSEP AIR MAYA
ESTIMATING HOUSEHOLD WATER DEMAND OF LOMBOK ISLAND: VIRTUAL WATER APPROACH
Abstract
ABSTRAK
Penanganan kelangkaan sumberdaya air dapat didekati melalui dua sisi, penawaran dan permintaan. Penelitian ini difokuskan pada upaya menangani kelangkaan sumberdaya air melalui sisi permintaan. Upaya penekanan permintaan memerlukan informasi prilaku konsumen terhadap variabel penentu permintaan air, baik permintaan air (langsung) maupun permintaan air maya/virtual water (air yang digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat). Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengestimasi fungsi permintaan air langsung dan air maya (2) menganalisis elastisitas permintaan air dan (3) menganalisis kebutuhan air dan air maya masyarakat Pulau Lombok.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa permintaan air pada level rumahtangga secara signifikan dipengaruhi oleh harga, jumlah anggota rumahtangga (kecuali permintaan air minum kemasan) dan pendapatan (kecuali permintaan air sumur). Seperti harapan, harga berpengaruh negatif terhadap jumlah air yang diminta/dikonsumsi pada seluruh jenis permintaan air, sedang pendapatan, jumlah anggota rumahtangga, dan pendidikan berpengaruh positif kecuali pendidikan berpengaruh negatif pada permintaan air sumur. Permintaan air minum kemasan memiliki elastisitas harga tertinggi (-5,22), diikuti air PDAM (-0,66) dan air sumur (-0,24).
Seperti halnya pada permintaan air, permintaan air maya pada level rumahtangga juga dipengaruhi secara negatif oleh harga barang tersebut. Elastisitas harga permintaan air untuk menghasilkan barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumahtangga seluruhnya bersifat elastis, kecuali permintaan air untuk tahu dan tempe. Permintaan telur paling elastis terhadap harga (-6,6), kemudian berikutnya berturut-turut adalah permintaan ikan air tawar (-2,82), kedelai (-2,29), daging sapi (-2,52), beras (-2,05), kacang tanah (-1,29), dan jagung (-1,23).
Untuk memenuhi kebutuhan air minum dan air bersih serta kebutuhan pangan masyarakat Pulau Lombok diperlukan air sebesar 2.622.092.101,44 m3, yang terdiri dari air langsung yang bersumber dari air PDAM sebesar 6,79 m3/kapita/bulan, air sumur 6,24 m3/kapita/bulan, air minum kemasan 10,18 liter/kapita/bulan, dan air maya sebesar 48,6 m3/kapita/bulan.
ABSTRACT
Water scarcity can be addressed by managing both supply and demand side. In general this research was designed to study the consumer behavior toward variables determined water dan virtual water demand. Specifically this research was aimed to (1) estimate water and virtual water demand function, (2) estimater their elasticities, and (3) analyze water and virtual water consumption.
The results show that water demand at household level significantly affected by its own price, the number of family member (except for bottle water demand), and income (except for pumping water demand). As expected. Water price affect negatively for all water demand, while income, the number of family member, and level of education (except for pumping water) affect positively. Bottle water demand has the highest price demand elasticity, reach up to -5.22 compare to PDAM water demand (-0.66) and pumping water demand (-0.24).
Virtual water demand was also negatively affcted by their own price of several commodities consumed. Virtual water demand for all comodities are considered elastic, except for tofu and tempe demand. Virtual water for producing egg was considered the most elastic (-6.6), followed by virtual water demand for producing fresh water fish (-2.82), soybean (-2.29), meet (-2.52), rice (-2.05) peanuts (-1.29) and corn (-1.23).
Total water consumption of Lombok reached up to 2.622 million/ month, consisted of 6.79 m3/capita/month of PDAM water, 6.24 m3/capita/ month of pumping water, 10.18 liter/capita/month of bottle water and 48.6 m3/ capita/month of virtual water.