1. ANALISIS RANTAI NILAI KEMIRI DAN STRATEGI PEMBERDAYAAN PETANI: Studi Kasus di Desa Batudulang Kecamatan Batulanteh - Kabupaten Sumbawa
Candlenut Value Chain Analysis and Strategic Interventions for Smallholder Empowerment: A Case Study in Batudulang Village, Batulanteh Subdistrict - Sumbawa
Abstract
ABSTRAKTujuan akhir dari pembangunan pedesaan adalah terwujudnya masyarakat sejahtera. Berbagai program telah banyak dilakukan untuk mencapai tujuan ini, namun data menunjukkan bahwa kemiskinan masih relatif tinggi, sekitar 17% untuk NTB, 16,73% untuk Sumbawa dan sekitar 34% di Lombok Utara. Tingginya jumlah tenaga kerja migran juga menjadi salah satu indikator dari belum berhasilnya program-program pemberdayaan masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui rantai nilai kemiri yang dihasilkan oleh petani di Desa Batudulang – Kabupaten Sumbawa, dan (2) merumuskan alternatif intervensi dalam rangka pemberdayaan masyarakat. Penelitian dilakukan di Desa Batudulang menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dan kualitatif dengan strategi penelitian studi kasus. Data dikumpulkan melalui pengamatan, wawancara mendalam, dan focus group discussion dengan petani, dan parapihak yang terkait dengan rantai nilai kemiri. Data dianalisis dengan menggunakan analisis data kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemiri sebagai salah satu produk pangan penting menjadi produk hasil hutan bukan kayu (HHBK) utama bagi keluarga di Desa Batudulang (35% dari total pendapatan). Rantai nilai kemiri dicirikan oleh masih terbatasnya proses nilai tambah di tingkat petani/desa, terbatasnya akses pasar, rendahnya harga kemiri gelondongan di tingkat petani, dan ketidak mampuan koperasi untuk bersaing dengan para tengkulak. Rekomendasi yang diajukan untuk pemberdayaan petani dan masyarakat di Desa Batudulang adalah perlunya kegiatan penguatan kapasitas bagi petani, kelompok masyarakat, dan koperasi dengan harapan agar terjadi perubahan praktek (adopsi) dalam memberi nilai tambah pada produk kemiri yang dihasilkan. Perubahan ini pada gilirannya akan dapat meningkatkan pendapatan dan lapangan kerja di tingkat desa.
ABSTRACTThe ultimate goal of rural development is to promote community welfare. Various programs have been implemented to achieve this goal, but the data reveals the poverty level is still hight, such as about 17% for NTB, 16,73% for Sumbawa and about 34% in North Lombok district. The hight rate of migrant workers is also another indicator of rural development failures. The objectives of this study were (1) to understand the existing value chain of candlenut produced by Batudulang smallholders – Sumbawa District, and (2) to develop alternative interventions to empower rural communities. This study was carried out at Batudulang village using qualitative and quantitative research methods and case study strategy. Data were collected through observation, in-depth interviews, survey, and focus group discussion involving all candlenut value chain actors. Qualitative and quantitative data analysis were applied to this study. The results of this study found that the candlenut is the most dominant and important non-timber forest product (NTFP) at Batuduland (its contribute 35% to total households’ income). As an importance food, the existing candlenut value chain is characterised by limited activities to add value to the product (less then 20% of the village community processing candlenut into cernel), limited market access, low and fluctuated price, and limited roles of the farmer coopeative to protect its members from the midlemen. Strengthening the capacity of local communities, farmers, farmer groups, and farmer cooperative is the key suggestion from this study with an expectation that they may lead to changes in local communities and farmers’ practices (adoption) where they may do something to add value to the NTFPs such as candlenut. At the end, these changes may lead to the smallholders’ livelihood improvement – increasing their income and creating jobs at the village level.