2. Did Farmers Get Sufficient Credit for Running Their Farm Activities?
Apakah Petani Mendapatkan Kredit Yang Layak Untuk Mengelola Usahataninya
Abstract
Abstrak
Tulisan ini berusaha menjawab pertanyaan tentang kecukupan jumlah kredit yang diterima petani untuk menjalankan kegiatan usahatani mereka, menampilkan infomrasi lain terkait dengan pertanyaan tersebut. Penelitian ini menggunakan metode survei dan mengumpulkan data melalui wawancara dengan petani Lombok Tengah yang menerima kredit pemerintah dan swasta. Data kemudian dianalisis dengan membandingkan jumlah kredit yang seharusnya, yang diinginkan, dan yang diperoleh petani. Penelitian ini menyimpulkan bahwa petani di Lombok Tengah dapat memperoleh kredit dari berbagai program pemerintah dan dari pihak swasta. Namun, jumlah kredit yang petani terima jauh lebih rendah dari jumlah yang petani inginkan (rata-rata hanya 58%). Tampaknya, pemerintah memiliki keterbatasan dalam menyediakan kredit sehingga tidak mampu melayani seluruh permintaan petani. Petani menghitung dengan tetiti jumlah yang diinginkannya sesuai dengan kebutuhan saat itu termasuk dengan mengurangkan jumlah uang yang sedang dimiliki dari kebutuhan usahatani total. Dari situasi kurang terlayani ini maka kredit masih dibutuhkan, tidak hanya untuk kebutuhan usahatani tetapi juga untuk menjalankan kegiatan ekonomi lainnya.
Abstract
This paper analyses whether farmers have had sufficient amount of credit for running their farming activities and other information related to it. Survey method was applied for this study. Data were collected through interviews with Central Lombok farmers who received credit from government schemes and private sources. Data were then analyzed by comparing the amount of credit that farmers should, wish, and obtain. It is concluded that agricultural producers in Central Lombok can access many types of government credit as well as private one. However, the amount that farmers could obtain was far less than the expected amount (the average was 58%). It appears that government has limited amount of credit provision and therefore underserved the farmers’ wish. The farmers’ wishing amount was calculated carefully by farmers according to their need at the time, by which farmers deducted money they have in hand from the actual farming needs. From the underserved situation follows that farmers still demand for more credit, firstly to meet the farming needs and secondly, for use in other purposes, particularly for running non farm income generating activities.