PROFIL AGROINDUSTRI TAHU DAN PENGELOLAAN LIMBAH TAHU DI KELURAHAN ABIANTUBUH BARU KECAMATAN SANDUBAYA KOTA MATARAM

AGROINDUSTRIAL PROFILE TOFU AND TOFU WASTE MANAGEMENT THE NEW ABIANTUBUH MATARAM CITY DISTRICTS SANDUBAYA

  • Ria Rizkiawati Fakultas Pertanian Universitas Mataram
Keywords: Profil, Agroindustri, Limbah, Profile, Agroindustrial, Waste out

Abstract

ABSTRAK

Abiantubuh Baru merupakan sentra agroindustri tahu yang ada di Kota Mataram. Agroindustri ini di dalam proses produksinya masih menggunakan teknologi yang sederhana dan memiliki modal yang terbatas. Bahan baku yang digunakan adalah kedelai impor, harga kedelai impor yang tidak stabil sementara harga jual tahu sulit untuk naik yang menyebabkan produsen kesulitan dalam menentukan harga. Proses produksi tahu menghasilkan limbah baik limbah padat maupun limbah cair, limbah padat dijual ke peternak dan diolah menjadi kerupuk ampas tahu, sementara limbah cair belum ditangani secara khusus sehingga menyebabkan bau yang sangat menyengat. Tujuan  dari  penelitian  ini  adalah untuk: (1) mengetahui profil agroindustri tahu di Kelurahan Abiantubuh Baru, (2) mengetahui pemanfaatan limbah padat tahu, dan (3) mengetahui upaya penanganan limbah cair tahu oleh produsen.

Penentuan daerah sampel dilakukan secara purposive sampling dan ditetapkan sebanyak 20 responden yang diambil dari tiga lingkungan yaitu Karang Pande, Karang Pelambek dan Karang Parwa.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Profil agroindustri tahu meliputi aspek teknis yaitu ketersediaan peralatan, ketersediaan bahan baku dan proses produksi. Aspek ekonomi meliputi rata-rata biaya per proses produksi sebesar Rp 705.342,6 dengan produksi 36,1 cetak dan penerimaan sebesar Rp 1.173.250, pendapatan sebesar Rp 467.904,4, RC Ratio sebesar 1,7. Terdapat 15% responden yang memasarkan secara langsung sedangkan 85% responden memasarkan secara tidak langsung. Aspek sosial agroindustri tahu meliputi penyerapan tenaga kerja, tenaga kerja yang terserap sebesar 2,8 HKO. (2) Limbah padat/ampas tahu dijual ke peternak untuk pakan ternak dan diolah menjadi kerupuk ampas tahu. Terdapat 25% responden mengolah kerupuk ampas tahu dengan biaya produksi rata-rata sebesar Rp 212.557,06, produksi 30,4 bal, penerimaan Rp 304.000, pendapatan Rp 91.442,94 dan RC Ratio 1,5. Produk ini dipasarkan ke pelanggan tahu mereka. (3) Produsen langsung membuang limbah cair ke selokan/sungai melalui saluran pipa tanpa diolah terlebih dahulu, hal tersebut menyebabkan bau yang sangat menyengat dan sangat mengganggu masyarakat sekitar.

ABSTRACT

New Abiantubuh is a center tofu agro-industry wich stay in the Mataram city. The agro-industry in the production process are still using simple technology and have limited capital. Raw materials used are imported soybean, it prices is unstable and difficult the sale price to rise which causes difficulty in determining producer prices. The production process generates both solid waste and sewage wastewater, solid waste is sold to farmers and processed into tofu crackers, while  the  liquid  waste  has  not  been  specifically  addressed,  causing  a  very pungent odor. The purposes of this study are: (1) determine the profile agroindustrial in new Abiantubuh Village, (2) determine the utilization of solid waste  out,  and  (3)  determine  the  handling  of  liquid  wastes  out  by  the manufacturer.

Determination of the sample was done by purposive sampling and a set of 20 respondents drawn from the three environments that Pande Reef, Pelambek Reef and Parwa Reef.

Study results indicate that (1) Profile tofu agroindustrial the technical aspects include the availability of equipment, availability of raw materials and production processes. The economic aspects include the average cost per production was              Rp  705,342.6  with  print  production  36.1  and  revenue  of  Rp 1,173,250, income of Rp 467,904.4, RC ratio of 1.7. There are 15% of respondents who market directly, while 85% of respondents to market indirectly. Social aspects of agro-industry know include employment, workers absorbed by 2.8 HKO, (2) Solid waste / tofu sold to farmers for animal feed and processed into tofu crackers. There are 25% of respondents to process tofu crackers with an average production cost of Rp 212,557.06, 30.4 bales production, revenue Rp 304,000, income of Rp 91,442.94 and RC ratio of 1.5, the product is marketed to their tofu customers. (3) Manufacturer directly dispose of liquid waste into sewers/streams through pipelines without being processed first, it causes a very pungent odor and very disturbing surrounding communities.

 

Published
2018-02-12