4. PERANAN LEMBAGA ADAT MASYARAKAT SASAK DALAM PROGRAM PEMBANGUNAN DESA (Studi Kasus di Desa Sesait Kabupaten Lombok Barat)
The Role of Custom Institutes of Sasak Society in Rural Development Program (A Case Study at Sesait Village West Lombok District)
Abstract
ABSTRAKMenguatnya institusi lokal termasuk lembaga adat akhir-akhir ini adalah sebuah fenomena yang menarik untuk dicermati, karena lembaga adat mampu berperan dalam pembangunan desa. Penelitian ini ditujukan untuk mencari jawaban atas pertanyaan “peranan apa saja yang dilakukan lembaga adat dalam pembangunan di Desa Sesait?”
Metode penelitian kualitatif digunakan dalam penelitian ini dengan langkah-langkah pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dengan Key Informan (informan kunci), dan dokumentasi. Untuk mengukur validitas keabsahan data dilakukan teknik pemeriksaan dengan derajat kepercayaan, ketergantungan, dan kepastian atas obyek penelitian. Analisis data kualitatif menggunakan model analisis yang dikembangkan oleh Miles dan Hubermans (1984) yang meliputi proses reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa norma-norma/nilai-nilai adat sudah membumi dan mendarah mendaging di masyarakat Desa Sesait, begitu pula para tetua adat atau para tau lokak empat (tau = manusia/orang, lokak = tua, empat = empat) yaitu Pemusungan/kepala desa, Penghulu (yang menangani masalah agama), Mangku Gumi (menangani pertanian), dan Jintaka (menangani bagian prekonomian). Dengan wibawa dan kharismanya mereka selalu dihormati dan disegani, dan fatwa-fatwanya sampai saat ini tetap dipatuhi dan dilaksanakan. Dengan demikian Lembaga Adat di Desa Sesait tetap berperan dalam pembangunan desa. Lembaga adat mampu memainkan peranannya sebagai mediator bagi masyarakat setempat, sebagai media mayarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan desa. Lewat lembaga adat ini pula dipupuk rasa persaudaraan yang tinggi.
Dengan semangat otonomi daerah hendaknya lembaga adat diformalkan dalam struktur pemerintahan desa, dan hendaknya pemerintah memanfaatkan lembaga adat yang sudah mengakar dalam masyarakat sebagai ujung tombak pembangunan desa.
ABSTRACT
Reinforcement of lokal institutions, included custom institutes, is an interesting phenomenon to be considered, where custom institutes are expected to survive and have important roles in rural development. This research was conducted to find out “what are the roles of custom institutes in rural develovment of Sesait Village?”
This research used qualitative method, while data were collected through observation, documentation, and in-depth interview with key informants. Test of credibility, dependability, and conformability was applied for the study. Qualitative data analysis was performed using Miles and Huberman’s (1984) interactive data analysis model comprised of data reduction, presentation, and conclusion.
The results of the study indicate that norms/values have internalised within the heart of society of Sesaot Village, and also within hearth of elders, known as Tau Lokak Empat (Tau=human being, lokak= old, empat=four). So this word means four elder people. They are: Pemusungan (Village Head), Penghulu (religious scholars), Mangku Gumi (Agriculture Affair), Jintaka (Economic Affair). With their charisma, they are not only respected, but also their instructions are always obeyed and done. Custom institutes have had important roles in rural development.
Custom institutes are able to play their roles as mediator, and participatory instrument in rural development. Custom institutes have promoted community cohesiveness at the Sesait village. This research suggested that the government should (1) formalise custom institutes within rural government