ANALISIS POLA KEMITRAAN PETANI PENANGKAR TERHADAP PENGGUNAAN INPUT PRODUKSI USAHATANI BENIH PADI BERSERTIFIKAT DI KABUPATEN LOMBOK TENGAH

  • Aeko Fria Utama FR Universitas Mataram
  • Muhammad Nursan Universitas Mataram
Keywords: Kemitraan, Usahatani, Benih Padi

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk:1) Mengetahui jenis input produksi yang digunakan petani penangkar benih padi bersertifikat antara yang bermitra dan yang tidak bermitra. 2) Mengetahui jumlah input produksi yang digunakan petani penangkar benih padi bersertifikat antara yang bermitra dan yang tidak bermitra. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dan pengumpulan data dilakukan dengan teknik survey. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara Purposive sampling. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Jonggat Kabuapaten Lombok Tengah. Penentuan jumlah responden dalam penelitian ini dilakukan secara quota sampling yaitu dengan menetapkan sebanyak 60 responden yang terdiri dari 30 orang petani yang bermitra dan 30 orang petani yang tidak bermitra. Sedangkan untuk pemilihan responden dilakukan dengan metode proportional random sampling. Hasil penelitian menunjukan bahwa: 1)  Jenis input produksi yang digunakan petani penangkar benih padi bersertifikat antara yang bermitra dan yang tidak bermitra adalah tidak berbeda. Varietas benih yang digunakan adalah situ bagendit. Jenis pupuk yang digunakan adalah pupuk organik, urea, ZA, NPK, dan ponska. Jenis pestisida yang digunakan adalah Matador dan Alika. 2) Jumlah input yang digunakan petani penangkar benih padi bersertifikat antara yang bermitra dan yang tidak bermitra adalah berbeda. Untuk penggunaan pupuk organik, hasil uji t signifikan pada α = 0,05 dengan t-hitung 3,2417 lebih besar dari t-tabel 1,7033. Dalam penggunaan pupuk Ponska, signifikan pada α = 0,05 dengan t-hitung 2,0597 lebih besar dari t-tabel 1,6924. Dalam hal penggunaan Matador (pestisida), signifikan pada α = 0,05 dengan t-hitung 3,4457 lebih besar dari t-tabel 1,7056. Demikian pula halnya pada tahap penanaman, signifikan pada α = 0,05 dengan t-hitung 1,6720 lebih besar dari t-tabel 1,6716. Sama halnya pada tahap pemupukan pertama, signifikan pada α = 0,05 dengan t-hitung 5,8784 lebih besar dari t-tabel 1,6896. Pada tahap pemupukan kedua, signifikan pada α = 0,05 dengan t-hitung 3,6170 lebih besar dari t-tabel 1,6741. Pada tahap penyemprotan, signifikan pada α = 0,05 dengan t-hitung 4,8492 lebih besar dari t-tabel 1,6860. Demikian pula pada tahap kegiatan pengairan, signifikan pada α = 0,05 dengan t-hitung 4,3418 lebih besar dari t-tabel 1,6896

Published
2023-12-25